Blog

  • Air Minum kemasan paling terkenal di indonesia

    AQUA (atau disebut juga Danone-AQUA) adalah merek air minum dalam kemasan yang diproduksi oleh AQUA Group sejak tahun 1973. Selain di Indonesia, AQUA juga melayani penjualan produk di Malaysia, Singapura dan Brunei.Sebagai pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia, AQUA telah menjadi merek generik di kalangan produk air minum dalam kemasan

    Produk AQUA berasal dari sumber air pegunungan di Indonesia yang diklaim pemilihannya melalui penelitian lebih dari 1 tahun. AQUA juga berfokus pada upaya memelihara keberlanjutan sumber air dengan melindungi ekosistem dan menjaga kemurnian kandungan mineralnya.

    Danone-AQUA atau AQUA Group merujuk pada tiga badan hukum yang bergerak di bidang air minum dalam kemasan yaitu PT Tirta Investama, PT AQUA Golden Mississippi, dan PT Tirta Sibayakindo. AQUA mengoperasikan 21 pabrik yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Seluruh operasi bisnis dan produksi AQUA dikoordinasikan oleh kantor pusat yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan

    Sejarah

     

    Pendirian awal AQUA dimulai saat Tirto Utomo keluar dari pekerjaannya yang sebagai pegawai Pertamina. Dahulu, saat bekerja di perusahaan migas tersebut, air yang disajikan pada tamunya merupakan air kran, sehingga pernah membuat mereka terkena diare. Hal ini membuat Tirto sadar pentingnya membuat air minum yang higienis. Tirto mulai mempelajari cara memproses air menjadi air minum siap konsumsi. Tirto meminta sang adik, yaitu Slamet Utomo untuk bekerja secara magang pada pabrik Air Mineral Dalam Kemasan “Polaris” di Thailand, yang saat itu telah berproduksi selama lebih dari 15 tahun lamanya.

    Tirto bersama anak buahnya Willy Sidharta kemudian mendirikan perusahaan bernama PT Golden Mississippi (awalnya juga direncanakan bernama Golden Colorado) pada 23 Februari 1973 untuk memproduksi air minum ini. Pabriknya sendiri kemudian didirikan di Pondok Ungu, Bekasi. Produk yang dikeluarkan perusahaan saat itu bernama Puritas (singkatan dari Pure Artesian Water, berlogo daun semanggi dan bermakna air yang pure/murni) dan menggunakan kemasan dalam botol Baik Puritas maupun PT Golden Mississippi memang dibuat agak “kebarat-baratan” untuk menyesuaikan target pasar ekspatriat. Untuk menggampangkan pengucapan produk ini, seorang desainer yang direkrut Tirto bernama Eulindra Lim, menyarankan untuk mengganti nama dengan nama AQUA. AQUA sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti air, meskipun ada pendapat yang menyebut bahwa nama tersebut diambil dari nama penanya saat menjadi wartawan atau diambil dari nama aslinya, (A)-Kwa Sien Biauw. Produk ini hampir menyerupai produk tempat adik Tirto magang, dan merupakan air minum dalam kemasan pertama di Indonesia.

    Produksi komersial PT Golden Mississippi dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1974, dengan kapasitas produksi 6 juta liter/tahun. Tirto saat itu berpikir bahwa jika ada 10% orang Indonesia yang mengonsumsi air produksinya, maka kapasitas produksi tersebut akan mencukupi. Produk pertamanya adalah botol kaca Aqua 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA galon 20 liter, yang pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca. Dengan kemasan botol kaca, AQUA dijual dengan harga yang dirasa cukup mahal untuk masyarakat saat itu, menyesuaikan pasarnya yang hanya fokus pada ekspatriat. Produk yang dikeluarkan pertama adalah air mineral 950 ml, air ini dijual dengan harga Rp 75 rupiah, dibandingkan harga bahan bakar bensin yang saat itu Rp 46 rupiah, masyarakat semakin enggan untuk membelinya. Tirto sempat dianggap aneh karena memasarkan produk yang tidak biasa, terutama bagi masyarakat lokal. Bahkan, dalam tiga tahun, AQUA hampir tutup dan sempat merugi.

    Pada tahun 1973 AQUA mulai mencari mata air sebagai bahan baku utama produksi air mineral AQUA. Awalnya sumber bahan baku AQUA menggunakan air tanah (artesis). Kemudian, sejak 1982 sumber bahan baku utama AQUA ditetapkan dari air pegunungan, awalnya di sebuah pegunungan daerah Jonggol, Bogor yang kebetulan masuk dalam zona riset USAID, namun saat ini berasal dari kaki Gunung Salak. Air kemasan AQUA kemudian berkembang peminatnya, setelah produk tersebut yang ditargetkan untuk para ekspatriat, mulai dikonsumsi juga oleh pekerja lokal serta dipasarkan lewat berbagai medium. Willy Sidharta, rekan Tirto, ikut membantu memasarkan produk ini dari door-to-door. Mulai tahun 1978, PT Golden Mississippi sudah mencapai titik impas-nya. Dari awalnya dengan botol saja, AQUA mulai muncul dalam banyak varian, seperti gelas (1985) dan botol plastik (1978).AQUA kemudian juga mulai mengekspor hasil produksinya di beberapa negara dan memiliki pabrik air minum di Brunei Darussalam. Pada tahun 1984, pabrik AQUA kedua didirikan di Pandaan, Pasuruan sebagai upaya mendekatkan diri pada konsumen yang berada di wilayah tersebut.

    Dalam rangka menyesuaikan perkembangan usaha yang semakin pesat pada 25 Juli 1989 nama PT Golden Mississippi diubah menjadi PT AQUA Golden Mississippi. Sampai tahun 1990 kapasitas produksi AQUA meningkat 5 kali lipat dibandingkan tahun 1985 dari hanya sebesar 38,23 juta liter menjadi 188,7 juta liter. Mulai 1 Maret 1990, PT AQUA Golden Mississippi telah menjadi perusahaan publik dengan melepas 6 juta sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan harga penawaran Rp 7.500/lembar. Produksi AQUA kemudian ditingkatkan dengan produksi in-line di pabrik Mekarsari mulai tahun 1995, yang mengemas air dalam satu line produksi sehingga lebih higienis. Pada 28 September 1998, AQUA resmi diakuisisi 40% sahamnya oleh kelompok usaha asal Prancis, Grup Danone; sebelumnya, janda Tirto, Lisa Tirto Utomo memegang saham mayoritas, meskipun ia masih menjadi pengendali pasca-akuisisi. Akuisisi ini disebabkan munculnya pesaing baru, dan diharapkan kerjasama dengan Danone salah satu sebagai produsen air minum terbesar di dunia bisa meningkatkan kinerjanya. Belakangan, Danone meningkatkan kepemilikannya menjadi 74% pada Maret 2001 dan 90% pada 2002, menjadikannya saham pengendali. Logo Danone pun sempat kemudian dilekatkan pada logo AQUA, dimulai pada 2000. Mulai 1 April 2011, PT AQUA Golden Mississippi Tbk telah menjadi perusahaan tertutup kembali setelah melakukan voluntary delisting,dimana saham terakhir milik publik (5,65%) dibeli seharga Rp 500.000/lembar.

    Program CSR

    Komitmen Danone-AQUA dalam melaksanakan TJSL diwujudkan dalam berbagai kegiatan CSR yang meliputi bidang kesehatan, lingkungan, pemberdayaan masyarakat, manajemen bencana maupun bantuan khusus.

    Revitalisasi Area Kuliner RSUP Hasan Sadikin Bandung

    Pada 26 Agustus 2023, Danone-AQUA bersama Pemerintah Kota Bandung dan Rumah Sakit Hasan Sadikin, menandatangani kerjasama program revitalisasi area kuliner RSUP Hasan Sadikin dan menyediakan lokasi usaha baru untuk 23 pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di sepanjang jalan Prof. Dr Eyckman, Cipaganti, Bandung.

    Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Danone-AQUA dalam mendukung misi Pemerintah Kota Bandung untuk dapat memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menghadirkan lokasi berjualan yang layak dan aman bagi para PKL sekaligus tempat makan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat sekitar

    Slogan Iklan

     

    • Bersih, bening, bebas bakteri (1986-1991)
    • Air sehat setiap saat (1991-1999)
    • Sehatnya Nyata (2000-2004)
    • Dari Sumber Terlindung, Melindungi Anda Sekeluarga (2002-2004)
    • Bukan Asal Murni, Ini Murninya AQUA (2004-2005)
    • Kalo Minum AQUA, Ya Harus AQUA! (2005-2006)
    • Begitu Hidup Dengan AQUA (2005-2007)
    • Kemurnian Untuk Masa Depan (2007-2009)
    • Kebaikan Alam, Kebaikan Hidup (2009-2013, 2017-2020)
    • Kebaikan Hidup (2013-2017)
    • Terlindungi Untuk Melindungimu (2020-2022)
    • AQUA Dulu (2021-sekarang)
    • Murni & Terlindungi (2022-2023)
    • 100% Murni (2023-sekarang)

    Produk

    AQUA

    Air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek AQUA dikemas dengan proses higienis dalam beberapa ukuran kemasan botol plastik; 330 ml, 450 ml, 600 ml, 750 ml dan 1500 ml serta kemasan gelas plastik ukuran 240 ml dan kemasan galon 19 liter.

    Pada tahun 2004, AQUA sempat meluncurkan Aqua Splash of Fruit, air mineral rasa buah pertama di Indonesia yang disajikan dengan dingin. Hadir dengan dua rasa, yakni rasa strawberry dan rasa jeruk-mangga. Tetapi, Aqua Splash Of Fruit hanya berumur pendek dimana setelah Mizone diluncurkan, produk ini dihentikan pada akhir tahun 2005.

    Penghargaan

    Beberapa contoh penghargaan yang diperoleh oleh Danone-AQUA

     

    Beberapa contoh penghargaan yang diperoleh oleh Danone-AQUA:

    • Pada tahun 2018, Danone-AQUA meraih sertifikasi sebagai B-Corp, yaitu perusahaan dengan praktik terbaik dan ketaatan dengan standar tertinggi terhadap kinerja sosial dan lingkungan, serta transparansi dan akuntabilitas.
    • Tahun 2018, enam pabrik Danone-AQUA meraih Anugerah PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
    • Pada November 2019, Danone-AQUA kembali meraih penghargaan “Halal Award – Halal Top Brand 2019” dalam kategori Air Minum Dalam Kemasan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan Kementerian Agama Republik Indonesia.
    • Pada Januari 2020, dua pabrik Danone-AQUA kembali menerima dua Anugerah PROPER kategori Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK). Delapan pabrik lainnya meraih Anugerah PROPER kategori Hijau.
    • Pada Juni 2020, Danone-AQUA kembali meraih penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah oleh produsen dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
    • Pada April 2022, Danone-AQUA kembali meraih penghargaan Top Innovation dalam ajang Top Innovation Choice Award 2022.
    • Bertepatan dengan ulang tahun AQUA ke-50, 23 Februari 2023, Danone-AQUA berhasil meraih The Best Green Program 2023 pada ajang Indonesia Green Awards 2023.
    • Pada Juni 2023, Danone-AQUA berhasil menyabet penghargaan Top CSR Awards 2023.

     

    Komitmen AQUA Terkait  Air

    Keberlanjutan sumber daya air menjadi salah satu tantangan dunia, termasuk di Indonesia. Dalam rangka upaya perlindungan sumber daya air, apa saja yang AQUA lakukan untuk melestarikan wilayah di sekitar sumber air mineral?

    AQUA berkomitmen dalam melindungi kelestarian ekosistem dan sumber air mineral dengan pendekatan sumber daya air terpadu dari hulu ke hilir berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS). AQUA menggandeng komunitas lokal dalam melakukan pengelolaan sumber daya air termasuk menginisiasi penelitian hidrogeologi, menggelar program konservasi, membentuk forum pengguna air dan menggandeng masyarakat serta pemangku kepentingan dalam mengelola DAS.

    Hingga saat ini, AQUA telah berpartisipasi secara aktif dengan 7 forum DAS di wilayah operasionalnya di antaranya:

    • Jawa Barat (Cisadane, Cicatih dan Cibeleng)
    • Jawa Tengah (Pusur)
    • Jawa Timur (Rejoso dan Pandaan) dan
    • Bali (Ayung)

    AQUA juga berkomitmen untuk melakukan efisiensi air dalam proses produksi. Tak hanya menghemat dalam pemakaian air, AQUA juga mendaur ulang air sisa produksi untuk keperluan domestik. Hal ini dilakukan agar tak ada air yang terbuang percuma.

    Air yang tak bisa didaur ulang dipastikan melewati proses pengelolaan limbah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri yang sesuai dengan standarisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) di setiap wilayah operasional AQUA. Salah satu prioritas AQUA yakni memastikan air yang menjadi limbah produksi aman bagi lingkungan.

    Komitmen Terkait Emisi Karbon AQUA

    AQUA berupaya dalam memastikan operasional perusahaan berjalan secara efisien dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan (EBT) melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap hingga pengelolaan sampah. PLTS Atap dimanfaatkan sebagai sumber listrik.

    Sejak 2017, melalui Danone , Perusahaan memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Pabrik Ciherang dengan kapasitas 770 kWp yang menghasilkan 1 KWh listrik per tahun sehingga dapat mengurangi emisi karbon sebesar 825 ton CO2 equivalent per tahun.

    Selain itu, pada Februari 2020, PLTS Atap juga dipasang di Banyuwangi, Jawa Timur, dengan kapasitas 378 kWp, menghasilkan 545,2 MWh listrik per tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 450 ton CO2 equivalent per tahun.

    Pada tahun yang sama, Danone AQUA juga memasang PLTS Atap di Klaten, Jawa Tengah. Panel surya di Pabrik Klaten adalah yang terbesar di Jawa Tengah yang diinisiasi oleh industri dengan kapasitas 2.912 kWp, menghasilkan 4 GWh listrik per tahun, dan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 3.340 ton CO2 equivalent per tahun.

    Kemudian, pada tahun 2021, PLTS Atap dipasang di Mekarsari, Jawa Barat, dengan kapasitas 1.800 kWp yang menghasilkan 2 GWh listrik per tahun dan berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 1.670 ton CO2 per tahun. Sementara itu, pada tahun 2022, panel surya dipasang di Mambal dengan kapasitas sistem 704 kWp, menghasilkan 1.050 MWh listrik per tahun dan mengurangi emisi karbon hingga 882 ton CO2 equivalent per tahun

    Pada tahun 2023, Danone juga kembali memasang PLTS Atap di Pabrik Cianjur dengan kapasitas system sebesar 1.045 Kwp yang menghasilkan 1.4 KWH listri per tahun dan mampu mengurangi emisi hingga  1.153 ton CO2 equivalent

    Pada tahun yang sama pemasangan PLTS Atap juga mulai dilakukan di Pabrik Langkat dengan kapasitas system 214 kWP/tahun yang menghasilkan Listrik 0,3 GWH/tahun dan berhasil mengurangi emisi sebesar 231 ton per tahun. Namun, PLTS Atap di Pabrik Langkat baru beroperasi pada tahun 2024 bersamaan dengan keluarnya izin operasional yang dikeluarkan oleh pemerintah.

    Secara nasional, total kapasitas Listrik yang dihasilkan dari PLTS Atap Danone mencapai 8,2 MWP yang berhasil mereduksi emisi mencapai 8.566 ton CO2 equivalent per tahun.

    Komitmen Terkait Kemasan

    AQUA juga berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menghadirkan produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang. Semua kemasan botol AQUA sudah mengandung bahan daur ulang sampai dengan 25 persen.

    Untuk itu AQUA membangun ekosistem pengumpulan dengan membangun infrastruktur, seperti 10 unit bisnis daur ulang, 24 TPS3R, TPST, 10 Collection center dan bekerja sama dengan 10 Bank Sampah Induk yang membawahi ratusan bank sampah unit dan melibatkan lebih dari 7000 pemulung di seluruh Indonesia. Dari fasilitas tersebut, kami berhasil mengumpulkan 22 ribu Ton sampah plastik/tahun.

    Kami juga memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah melalui kampanye Sampahku Tanggung Jawabku yang menyasar guru dan murid Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sampai tahun 2023 telah lebih edukasi ini telah menjangka 43 ribu siswa di 175 sekolah di seluruh Indonesia

  • Le Minerale Pendatang baru yang langsung disambut hangat

    Le Minerale adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia yang diproduksi oleh PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan anak perusahaan dari Mayora Indah yang bergerak di bidang minuman ringan. Selain Le Minerale, perusahaan ini juga memproduksi Teh Pucuk Harum, Kopiko 78 dan Q Guava.

    Le Minerale hadir melayani kebutuhan konsumen Indonesia sejak tahun 2015. Pabrik  sendiri telah dibangun di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa pabrik antara lain lima pabrik yang sudah berdiri yakni di Ciawi, Sukabumi, Pasuruan, Medan, dan Makassar. Serta dua pabrik baru dibangun di Cianjur dan Palembang pada akhir 2016.

    Produk Le Minerale

    Le Minerale dijual dalam kemasan botol dengan volume mulai dari 330 ml, 600 ml dan 1500 ml, tersedia juga produk dalam kemasan galon (15 L).

    Slogan

    • Beda Segarnya, Bukti Terlindung Mineralnya (2015-2016)
    • Terasa Segarnya, Terlindung Mineralnya (2016-2017)
    • Air Mineral, Jelas Le Minerale (2017-2020)
    • Anugerah Mineral Alami (2020-2022)
    • Galon Le Minerale – Bikin Tenang, Bikin Nyaman (2021-sekarang)
    • Pilih Sehat, Pilih Le Minerale (2022-2023)
    • Kebaikan Mineral Terlindungi (2023-sekarang)

    Kontroversi

    Isu sumber mata air

    Laporan beberapa media massa pada 2017 menyebutkan penduduk di sekitar Gunung Karang, Banten, mengalami kesulitan air setelah PT Tirta Fresindo Jaya mengalihkan mata air di daerah tersebut untuk produksi . Masyarakat sekitar sempat memprotes keberadaan pabrik tersebut, yang berbuah surat penutupan pada 2014 dari Pemkab Pandeglang dan upaya penghentian operasional pabrik oleh Pemprov Banten pada 2017. Adapun pihak Mayora berkilah mereka sudah memenuhi aspek legalitas dari pabrik mereka. Hingga saat ini tidak jelas bagaimana resolusi dari kasus ini.

    Persaingan dengan AQUA

    Aqua merupakan raja dari industri AMDK di Indonesia selama bertahun-tahun. Namun, kehadiran Le Minerale seolah membuyarkan kekokohan posisi Aqua. Pada saat diluncurkan memang Le Minerale menargetkan pasar yang hampir sama dengan Aqua, yaitu kelas menengah yang peduli akan kualitas air minum.”Perang dingin” antara kedua merek AMDK ini mulai menjadi perhatian publik ketika sejumlah pedagang partai besar dan eceran menggugat Aqua dan distributornya (PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa) ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) lewat gugatan No. No.22/KPPU-L/2016. PT Tirta Fresindo Jaya kemudian juga melayangkan somasi pada PT Tirta Investama di sejumlah koran pada 1 Oktober 2017. Dalam somasi dan gugatan tersebut PT Tirta Investama dan PT BAP dituduh menekan para distributor dan pengecer untuk tidak menjual  jika ingin terus mendapat suplai maupun keuntungan dari pemasaran produk Aqua. Pada 19 Desember 2017 KPPU memutuskan PT BAP dan PT Tirta Investama telah melakukan praktik yang melahirkan persaingan usaha tidak sehat, sehingga keduanya didenda masing-masing Rp 6 miliar dan Rp 13 miliar.

    Setelah bersaing di pengadilan, kedua merek lalu memainkan isu-isu lain, baik secara terbuka atau terselubung. Ketika melempar produk galon dari plastik PET ke pasaran, Aqua menyindir Le Minerale sebagai produk yang tidak ramah lingkungan dan kemahalan, sedangkan Le Minerale mengklaim produknya lebih higienis dan praktis. Galon guna ulang (baca: Le Minerale) diklaim sebagai penyumbang problem sampah plastik yang saat ini belum terselesaikan, mudah meleleh dan diduga mengandung bahan kimia etilen glikol. Menepis isu tersebut,  meluncurkan kampanye tandingan yang menekankan kemudahan galonnya untuk didaur ulang dan mendorong apa yang disebut “ekonomi sirkular”. Menurut sebuah sumber pro-Le Minerale, “kampanye hitam” tersebut nyatanya tidak efektif, dan jika dibandingkan Aqua, produksi dan penjualan produk Le Minerale galon justru meningkat.

    Isu yang paling mutakhir adalah perdebatan soal bahan kimia bisfenol A (BPA) yang diklaim banyak dikandung galon guna ulang (baca: Aqua). Tiba-tiba saja banyak publik figur, organisasi, pakar dan media massa yang membicarakan isu “bahaya BPA” dalam kemasan galon air minum sejak 2020. BPA pada galon guna ulang diklaim bisa menyebabkan penyakit seperti kanker hingga kemandulan. Le Minerale pun dengan percaya diri mengklaim galonnya sebagai bebas BPA, sementara Aqua mengklaim produknya aman dan sudah tersterilisasi (meskipun tidak menjawab apakah mengandung BPA atau tidak). Bahkan lembaga pemerintah pun ikut dalam kontroversi BPA, dimana BPOM merencanakan pelabelan pada produk-produk yang mengandung BPA,sementara pihak KPPU meminta khalayak tidak meniup-niupkan isu tersebut lebih dalam lagi karena mengandung aspek persaingan bisnis.Polemik lainnya yang tidak jauh berbeda adalah isu mikroplastik dalam galon air minum, dimana ada sumber yang menekankan bahaya kandungan mikroplastik dalam galon isi ulang atau sebaliknya (sekali pakai).

     

    Strategi Bisnis  Sukses Hadapi Kompetisi Pasar Air Mineral

     

    Adapun strategi pemasaran yang digunakan Le Minerale hingga mampu bersaing dengan merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) lainnya yakni:

    1.Strategi Hardball Manifesto

    Strategi bisnis ini merupakan strategi ampuh yang digunakan  untuk melumpuhkan kompetitornya sehingga mampu melejit pesat dalam waktu singkat. Salah satu penerapan strategi ini yakni dengan menghadirkan kemasan  yang unik dan praktis, terutama pada saat puncak pandemi Covid-19. Le Minerale menghadirkan  inovasi produk yang praktis dan ekonomis. 

    Salah satunya inovasi kemasan dari  Le Minerale adalah kemasan galon sekali pakai yang dilengkapi dengan pegangan, sehingga memudahkan konsumen saat membawanya. Inovasi produk ini  membuat konsumen tidak perlu ribet harus tukar galon. Hal itu membuat masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan kebersihannya. 

    Bentuk botol yang punya unik dan adanya segel ganda untuk memastikan produknya benar-benar aman dan higienis menjadi penting untuk meningkatkan ketertarikan dan loyalitas konsumen. Meski begitu, inovasi galon sekali pakai tersebut memunculkan kontroversi semakin bertambahnya sampah plastik yang kurang ramah lingkungan.

    2.  Strategi Sensory Marketing

    Strategi ini cukup unik karena memanfaatkan emosi konsumen sehingga terpengaruh secara psikologis dan emosional.  Namun, strategi ini ternyata ampuh meningkatkan citra dengan Tagline ‘ada manis-manisnya’.

    Tagline iklan ‘ada manis-manisnya’ memberikan dampak besar dan efektif terhadap pemasaran produk ini, karena memunculkan rasa penasaran dan meyakinkan masyarakat bahwa ada perbedaan rasa  dengan merek air minum lainnya. Tagline ini memunculkan banyak persepsi tentang rasa manis dalam , persepsi ini justru menguntungkan karena konsumen akan tertarik ingin mencoba hingga akhirnya membeli.

    Salah satu iklan yang menjadi icon yaitu kata-kata kayak ada manis-manisnya. Iklan yang muncul pada tahun 2015 tersebut merupakan salah satu strategi manajemen dari perusahaan PT Mayora tbk ketika  baru terjun sebagai air minum dalam kemasan yang kemudian berhasil menggeser AQUA sebagai trademark. 

    Adapun asam manis yang ada dalam sebenarnya berasal dari susunan mineral bikarbonat yang terkandung di dalamnya sehingga menghasilkan kandungan mineral alami. Selain itu selama 5 tahun terakhir  memfokuskan pada edukasi kepada konsumen tentang air mineral alami yang membedakannya dibandingkan air minum dalam kemasan yang lain.

    3.Strategi Meningkatkan Brand Awareness

    Salah satu strategi lainnya yang digunakan oleh Le Minerale untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan untuk menyalip keunggulan dari produk kompetitor adalah dengan meningkatkan brand awareness terhadap produk Le Minerale pada masyarakat. 

    Salah satunya yakni ketika  terlibat sebagai salah satu penyedia air minum dalam kemasan yang memanfaatkan momen piala dunia. Le Minerale menggunakan packaging yang khusus digunakan di momen piala dunia sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat pada produk dan mampu menyasar golongan-golongan tertentu seperti pecinta bola yang sedang tertarik dengan euforia piala dunia.

    Le Minerale juga meningkatkan awareness konsumen dengan membuat botol galon air mineral yang aman dan higienis dengan menambahkan segel ganda pada botol air kemasan Le MineraleLe Minerale mencoba untuk memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan produk air minum dalam kemasan yang lain dengan menonjolkan citra higienis dan safety (aman). 

    Botol di mineral di desain memiliki aksen yang menonjol sehingga mudah diingat serta menimbulkan efek pengulangan atau repetisi. Hal itu merupakan upaya untuk menyasar orang-orang yang belum memiliki referensi atau ingin minum namun bingung memilih air minum sehingga memiliki kemungkinan untuk melirik  yang memiliki bentuk visual yang berbeda. Adapun segmen atau target pasar yang dibidik oleh   adalah segmen kelas menengah dan menengah atas yang memiliki kepedulian terhadap kualitas air minum dalam kemasan yang dikonsumsi. 

    Selain itu pasar masyarakat menengah dan menengah atas juga masih dijangkau oleh harga jual produk yang bersaing di pasar. Harga jual dalam varian 600 ml dijual di kisaran harga Rp3.200 – Rp3.500. Sedangkan merk AQUA dibanderol di kisaran harga Rp3.300- 3500 per botol ya walaupun perbedaan harga bergantung pada toko yang menjualnyaStrategi 4

    4.Manajemen Meningkatkan Availability

    Strategi lagi yang digunakan  adalah menjamin ketersediaan produk di pasar namun hal itu tidak menjadi masalah karena Le Minerale yang berada di bawah naungan PT Mayora Indah tbk telah memiliki jaringan distribusi yang luas hingga ke pelosok. 

    Sisi lain dan  juga berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar yakni dengan menyediakan berbagai ukuran kemasan air mineral seperti ukuran 600 ml 330 ML dan ukuran 1500 ML. Cara ini dinilai mampu mendorong masyarakat mudah mengenali merek  Le Minerale, mudah menemukannya di berbagai tempat sehingga mereka akan mulai terbiasa mengkonsumsi  Le Minerale.

    5. Memanfaatkan Unique Selling Point (USP)

    Unique Selling Point di bawah ini merupakan salah satu strategi untuk melawan atau menyaingi brand-brand yang sudah tinggi dan kuat di dalam pangsa pasar. Hal itu dilakukan oleh Le Minerale dengan menciptakan produk air galon dengan sistem sekali pakai sehingga masyarakat tidak perlu repot membawa galon ke depot air. 

    Teknik ini dilakukan agar pembeli dapat mendapatkan air sekali pakai yang menjamin air Le Minerale higienis dan efektif sehingga hal itu meningkatkan Citra Le Minerale sebagai salah satu air minum dengan kemasan yang steril

    Beberapa strategi yang digunakan oleh brand air minum  Le Minerale  menunjukkan bahwa meskipun hadir sebagai merek baru,  Le Minerale mampu menyalip dan menjadi pesaing berat di pasar air mineral domestik. Strategi di atas dapat Sahabat Wirausaha jadikan insight baru dalam menyusun strategi pemasaran agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Serta memiliki kekhasan tertentu yang membedakan dengan produk lainnya.